Suku Dani
Suku
Dani adalah sebuah suku yang mendiami satu wilayah di Lembah Baliem yang
dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan telah
menggunakan alat / perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui telah
mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang
binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang
terkenal sangat kuat dan berat. Suku Dani masih banyak mengenakan “koteka”
(penutup penis) yang terbuat dari kunden kuning dan para wanita menggunakan
pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di “honai-honai” (gubuk yang
beratapkan jerami/ilalang). Upacara-upacara besar dan keagamaan, perang suku
masih dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya). Suku bangsa Dani
adalah sebutan bagi penduduk yang tinggal di Lembah Baliem (Keturunan Moni,
penduduk dataran tinggi Pinai, yang datang ke Lembah Baliem), yang memiliki
luas sekitar 1.200 Km2
Sebagian
masyarakat suku Dani menganut agama Kristen atas pengaruh misionaris Eropa yang
datang ke tempat itu dan mendirikan misi misionarisnya ketika pada tahun
sekitar 1935 pemerintahan Belanda membangun kota Wamena. Kondisi geografis dari
tempat tinggal Suku Dani ini sendiri seperti halnya daerah pegunungan tengah di
Papua, terdiri dari gunung-gunung tinggi dan sebagian puncaknya bersalju dan
lembah-lembah yang luas. Kontur tanahnya sendiri terdiri dari tanah berkapur
dan granit dan disekitar lembah yang merupakan perpaduan dari tanah berlumpur
yang mengendap dengan tanah liat dan lempung. Daerahnya sendiri beriklim tropis
basah karena dipengaruhi oleh letak ketinggian dari permukaan laut, temperatur
udara bervariasi antara 80-200Celcius, suhu rata-rata 17,50 Celcius dengan hari
hujan 152,42 hari pertahun, tingkat kelembaban diatas 80 %, angin berhembus
sepanjang tahun dengan kecepatan rata-rata tertinggi 14 knot dan terendah 2,5
knot.
Hutan-hutan
di mana suku Dani bermukim sangat kaya akan flora dan fauna yang tak jarang
bersifat endemic seperti cenderawasih, mambruk, nuri bermacam-macam insect dan
kupu-kupu yang beraneka ragam warna dan coraknya. Untuk budaya dari Suku Dani
sendiri, meskipun suku Dani penganut Kristen, banyak diantara upacara-upacara
mereka masih bercorak budaya lama yang diturunkan oleh nenek moyang mereka.
Suku Dani percaya terhadap rekwasi. Seluruh upacara keagamaan diiringi dengan
nyanyian, tarian dan persembahan terhadap nenek moyang. Peperangan dan
permusuhan biasanya terjadi karena masalah pelintasan daerah perbatasan, wanita
dan pencurian.
Pada
rekwasi ini, para prajurit biasanya akan membuat tanfa dengan lemak babi,
kerang, bulu-bulu, kus-kus, sagu rekat, getah pohon mangga, dan bunga-bungaan
di bagian tubuh mereka. Tangan mereka menenteng senjata-senjata tradisional
khas suku Dani seperti tombak, kapak, parang dan busur beserta anak panahnya.
Salah
satu kebiasaan unik lainnya dari suku Dani sendiri adalah kebiasaan mereka
mendendangkan nyanyian-nyanyian bersifat heroisme dan atau kisah-kisah sedih
untuk menyemangati dan juga perintang waktu ketika mereka bekerja. Untuk alat
musik yang mengiringi senandung atau dendang ini sendiri adalah biasanya adalah
alat musik pikon, yakni satu alat yang diselipkan diantara lubang hidung dan
telinga mereka. Disamping sebagai pengiring nyanyian, alat ini pun berfungsi
ganda sebagai isyarat kepada teman atau lawan di hutan kala berburu.
Nama
Dani sendiri sebenarnya bermakna orang asing, yaitu berasal dari kata Ndani,
tapi karena ada perubahan fenom N hilang dan menjadi Dani saja. Suku Dani
sendiri sebenarnya lebih senang disebut suku Parim. Suku ini sangat menghormati
nenek moyangnya dengan penghormatan mereka biasanya dilakukan melalui upacara
pesta babi.
Untuk
bahasa sendiri, suku Dani memiliki 3 sub bahasa ibu secara keseluruhan, dan
ketiganya termasuk bahasa-bahasa kuno yang kemudian seiring perjalanan waktu,
ketiga sub bahasa ibu ini pun memecah menjadi berbagai varian yang dikenal
sekarang ini di Papua. Sub bahasa ibu itu adalah;
- Sub keluarga Wano
- Sub keluarga Dani Pusat yang terdri ataslogat Dani
Barat dan logat lembah Besar Dugawa
- Sub keluarga Nggalik – Dugawa
1.
Sistem
Kepercayaan Suku Dani
Dasar
kepercayaan suku Dani adalah seperti halnya diuraikan di atas yakni menghormati
roh nenek moyang dengan cara menyelenggarakan berbagai ritual upacara yang
dipusatkan pada pesta babi. Konsep kepercayaan / keagamaan yang terpenting
adalah Atou, yaitu kekuatan sakti para nenek moyang yang diturunkan secara
patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki). Kekuasaan sakti ini antara lain
:
- Kemampuan atau kekuatan untuk menyembuhkan penyakit
- Kemampuan atau kekuatan untuk menyuburkan tanah, dan
- Kemampuan atau kekuatan untuk menjaga ladang
Sebagai
bentuk penghormatan kepada nenek moyangnya, suku Dani membuat lambang untuk
nenek moyang mereka yang disebut Kaneka. Selain sebagai perlambang untuk nenek
moyang, dikenal juga Kaneka Hagasir, yakni sebuah upacara keagamaan yang
bertujuan untuk kesejahteraan keluarga, juga ketika mengawali dan mengakhiri
peperangan.
2.
Sistem
Kekerabatan
Untuk
sistem kekerabatan suku Dani mengenal tiga sistim yakni kelompok kekerabatan,
paroh masyarakat dan kelompok territorial.
a.
Kelompok kekerabatan
kelompok
kekerabatan dari suku Dani yang terkecil adalah keluarga luas. Keluarga luas
ini sendiri terdiri dari dua atau tiga keluarga inti yang tinggal bersama dalam
satu rumah besar yang menyerupai kompleks dengan sekat-sekat berupa pagar
(lima) yang disebut slimo. Dalam sebuah desa di Suku Dani terdapat 4 hingga 5
slimo dengan delapan hingga sepuluh keluarga yang menghuni. Sistem pernikahan
dari suku Dani adalah poligami dan beberapa diantaranya poligini. Menurut
mitologi, suku Dani berasal dari keuturunan sepasang suami istri yang menghuni
suatu danau di sekitar kampung Maina di Lembah Baliem Selatan. Mereka mempunyai
anak bernama Woita dan Waro. Orang Dani dilarang menikah dengan kerabat suku
Moety sehingga perkawinannya berprinsip eksogami Moety (perkawinan Moety /
dengan orang di luar Moety).
b.
Paroh Masyarakat
Struktur
bermasyarakat Suku Dani merupakan gabungan dari beberapa klan kecil yang
disebut ukul, dan klan besar yang disebut ukul oak.
c.
Kelompok Teritorial
Kesatuan
teritorial yang terkecil dalam masyarakat suku bangsa Dani adalah kompleks
perumahan (uma) yang dihuni untuk kelompok keluarga luas yang patrilineal
(diturunkan kepada anak laki-laki).
3.
Kesenian dan
Kerajinan\
Kesenian masyarakat suku Dani dapat
dilihat dari cara membangun tempat kediaman, seperti disebutkan di atas dalam
satu silimo ada beberapa bangunan, seperti : Honai, Ebeai, dan Wamai.
Selain membangun tempat tinggal,
masyarakat Dani mempunyai seni kerajinan khas, anyaman kantong jaring penutup
kepala dan pegikat kapak. Orang Dani juga memiliki berbagai peralatan yang
terbuat dari bata, peralatan tersebut antara lain : Moliage, Valuk, Sege, Wim,
Kurok, dan Panah sege.
4.
Sistem Politik
dan Kemasyarakatan
Masyarakat Dani senantiasa hidup
berdampingan dan saling tolong menolong, kehidupan masyarakat Dani memiliki ciriciri
sebagai berikut :
- Masyarakat Dani memiliki kerjasama yang bersifat tetap dan selalu bergotong
royong
- Setiap rencana pendirian rumah selalu didahului dengan musyawarah yang
dipimpin oleh seorang penata adat atau kepala suku
- Organisasi kemasyarakat pada suku Dani ditentukan berdasarkan hubungan
keluarga dan keturunan dan berdasarkan kesatuan teritorial. Suku Dani dipimpin
oleh seorang kepala suku besar yaitu disebut Ap Kain yang memimpin desa adat
watlangka, selain itu ada juga 3 kepala suku yang posisinya berada di bawah Ap
Kain dan memegang bidang sendiri & ndash; sendiri, mereka adalah : Ap. Menteg,
Ap. Horeg, dan Ap Ubaik Silimo biasa yang dihuni oleh masyatakat biasa
dikepalai oleh Ap. Waregma. Dalam masyarakat Dani tidak ada sistem pemimpin, kecuali
istilah kain untuk pria yang berarti kuat, pandai dan terhormat.
Pada tingkat uma, pemimpinnya adalah
laki-laki yang sudah tua tetapi masih mampu mengatur urusannya dalam satu
halaman rumah tangga maupun kampungnya. Urusan tersebut antara lain : Pemeliharaan
kebun dan Bahi, serta Melerai pertengkaran.
Pemimpin federasi berwenang untuk
memberi tanda dimulainya perang atau pesta lain. Pertempuran dipimpin untuk
para win metek. Pemimpin konfederasi biasanya pernah juga menjadi win metek,
meski bukan syarat mutlak, syarat menjadi pemimpin masyarakat Dani : Pandai
bercocok tanam, bersifat ramah dan murah hati, pandai berburu, memiliki
kekuatan fisik dan keberanian, pandai berdiplomasi, dan pandai berperang.
5.
Sistem Ekonomi
Nenek moyang orang Dani tiba di Irian
hasil dari suatu proses perpindahan manusia yang sangat kuno dari daratan Asia
ke kepulauan Pasifik Barat Irian Jaya.
Kemungkinan pada waktu itu masyarakat mereka masih bersifat praagraris yaitu
baru mulai menanam tanaman dalam jumlah yang sangat terbatas. Inovasi yang
berkesinambungan dan kontak budaya menyebabkan pola penanaman yang sangat
sederhana tadi berkembang menjadi suatu sistem perkebunan ubijalar, seperti
sekarang.
Mata pencaharian pokok suku bangsa Dani
adalah bercocok tanam dan beternak babi. Umbi manis merupakan jenis tanaman
yang diutamakan untuk dibudidayakan, artinya mata pencaharian umumnya mereka
adalah berladang.
6.
Pendidikan
Sebagaimana suku – suku pedalaman Irian
seperti halnya suku Dani umumnya tingkat pendidikan (formal) rendah dan
kesadaran untuk menimba ilmunya juga masih kurang, ironisnya lagi guru-guru
masih terbatas.
DAFTAR PUSTAKA